Senin, 16 Juni 2014

ADMIRE ( fanfiction )

ADMIRE by Cikadev

BLEACH - TITE KUBO 

Chapter II


Keesokan hari pun tiba aku berangkat ke sekolah, tapi hari ini aku berangkat sendiri karena kakak sakit dan memutuskan beristirahat di rumah.
Di sekolah.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku. “Pagi Rukia.” Katanya.
“Pa..gii.. Kurosaki senpai..” Jawabku sedikit gugup.
“Hari ini kau sendiri saja?? Mana Byakuya??” Tanyanya padaku.
“Oohh,, itu yup.. aku sendiri, dia hari ini tidak enak badan makanya tidak masuk.” Jawabku. “Hhmm.. Oohh,, ya, senpai kan sekelas dengan kakakku, aku titip surat ini padamu ya.” sambungku, sambil memberikan surat izin kakak padanya.
“Baiklah, kemarikan surat itu.” Katanya.
Tanpa disadari tangan kami bersentuhan, dan kami langsung melepaskannya, akupun berusaha menyembunyikan rona dipipiku.
“Mmm... oh.. iya Rukia nanti kita pulang bareng ya. Aku ingin memberikan cacatan pelajaran pada kakakmu sambil menjengukknya.” Serunya sambil tersenyum dengan senyum yang belum pernah aku lihat sebelumya, dan akupun meng’iya’kan ajakannya.
Sepanjang pelajaran berlangsung yang ada diotakku hanyalah pulang sekolah. Aku tidak tahu mengapa aku tidak dapat mengendalikan perasaan senangku ini.

*---*

Pulang sekolah.
“Rukia, mari kita pulang.”Ajaknya yang telah menungguku di gerbang sekolah.
Kamipun mengobrol di sepanjang perjalanan pulang menuju rumahku.. ‘Kami-sam jika ini adalah kenyataan jangan biarkan waktu bergulir dengan cepat, karena aku tidak ingin melihat senyumannya hilang dari wajahnya, andai saja waktu dapat ku hentikan.....’ Harapku dari dalam hati sambil menatap wajahnya.
“Hoi, Rukia.. apa ada?? Mengapa kau memendangku seperti itu?? Ada yang salah dengan wajahku??” Ucapnya sambil memegang wajahnya dan seketika memecah lamunanku.
“Eeehh.. itu,, tidak apa-apa kok.. hehhe....” Kataku sambil kaget.
“Akhirnya kita sampai di rumahmu.” Ucapnya.
“Hn, tadaima....” Kataku.
“Okaeri, Rukia...” Sambut ibu.
 “Ohh.. iya, bu ada teman kakak ingin menjenguknya.” Sambungku bicara pada ibu.
“Siapa?? Ajaklah dia masuk Rukia.” Perintah ibu yang tersenyum melihat Kurosaki senpai.
“Terima kasih bi.” Ucap Kurosaki senpai.
Di kamar kakak.
“Hoi, Byakuya sakit apa kau?? Bukanya yang kemarin tenggelam Rukia kok jadi kau yang sakit??” Tanyanya.
“Yo, aku kan kemarin begadang jadi aku rada masuk angin.” Jawab kakak.
“Hahha,, dasar kau manja.” Kata Ichigo.
“Hei, jangan meledekku.” Eluh kakak.
“Halo, semuanya.. sepertinya kalian sedang asik mengobrol, maaf aku menggangngu sebentar, aku membawakan obat untuk kakak dan sedikit cemilan untuk Kurosaki senpai.” Ucapku yang datang membawa makanan serta minuman dari dapur.
“Terima kasih Rukia.chan dan bisakah kau memanggilku dengan Ichigo saja??” Ucapnya.
“Mana obatku Rukia.” Pinta kakak.
“Baiklah, I..Ichigo..” Jawbku sambil memberi kakak obat.
“Aku kembali ke kamarku dulu ya....” Seruku. “Kalian lanjutkan saja ngobrolnya.” Kataku  keluar dari kamar kakak.
“Hus..hus.. ya sudah pergi sana...” Usir kakak, sambil meledek seperti biasanya, dan Ichigo hanya tersenyum.
Aku hanya mendengus kesal dan kemudian keluar “Dasar kakak rese.” Gumamku.
Sore pun tiba, dan Ichigo memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Entah mengapa aku rada canggung memenggilnya dengan nama Ichigo “heheh” tawaku sendiri.
“Hei apa yang kau tertawakan?” tanya Ichigo tiba-ba memecah lamunanku.
“Eeh, tidak ada apa-apa kok.” Jawabku singkat dan aku mengantar Ichigo sampai ke depan rumah.
 “Terimakasih mau mengantarku.” katanya.
“Ya, sama-sama, jamata.” Kataku.
“Yo, Ruki.chan.” sahutnya dengan menyunggingkan sebuah senyuman kepadaku.
Aku kembali ke kamarku, ‘kami-sama perasaan apa ini? Apa aku benar-benar menyukainya?’ Ucap hati kecilku.

*---*

Beberapa bulan berlalu kini aku dan Ichigo sudah mulai dekat apa perasaanku ini akan terbalas. Entah mengapa sosok Ichigo yang dingin dan pendiam itu sekarang, sangat begitu dekat denganku kami juga akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersama, kurasa dia juga mempunya perasaan yang sama denhganku. Ya semoga saja dan aku juga suka dengan sikapnya yang sekang begitu hangat klain dengan sikap dinginya yang dulu dia juga terlihat lebih ceria.
Semakin hari aku semakin yakin dengan perasaanku ini bukan kekaguman saja tapi, ya, inilah perasaan yang di sebut dengan cinta. Aku memang baru pertama kali mengalami perasaan seperti ini, memang cukup aneh karena pada usiaku ini aku baru merasakannya padahal banyak teman-temanku merasakan hal ini sejak aku duduk di bangku SMP. Seorang Rukia yang sangat cuek dengan penambilan dan sikapnya pun akan berubah karena perasaan ini. Ya, memang seperti itulah, aku berusaha menjadi seperti wanita lainnya dan sedikit merubah sikapku yang kadang seperti ‘laki-laki’.

Hari minggu ini Aku, Renji, dan Hitsugaya berjalan menuju toko buku. Untuk mencari buku pelajaran tapi kali ini kami pergi bersama tanpa Ishida, dia tidak bisa ikut karena harus pergi dengan orangtiuanya.
“Hei, Rukia sepertinya semakin hari kau semakin berbeda saja.” Ucap Hitsugaya.
“Aku setuju padamu Hitsu, dia sekmakin... girly.” Gumam Renji dan saat Renji mengatakannya ia berhasil membuat wajahku memerah.
“Hahahah.. iya kau benar baboon, dia sudah menjadi cewek beneran.” Tawa Hitsugaya diiringi seringai jahilnya.
“Heh,, apa maksudmu?? Aku memang cewek dari dulu tahu.” Ucapku.
“Iya Rukia kan memang cewek dari dulu.” Ucap Renji membelaku. “Tapi dia cewek jadi-jadian.” Lanjutnya dan aku meralat pembelaannya itu, karena kata-katanya itu adalah sebuah ejekan yang berhasil membuat kepalanya benjol menerima pukulan dariku.
“Sakiittttttt..” Erangnya dan aku tertawa atas kemenganku.
“Eehh,, Rukia lihat itu.” Kata Hitsugaya yang menunjuk pada seseorang yang dia lihat.
“Apa.....” Jawabku malas.
“Lihat dulu.” Paksa Hitsugaya sambil menutar kepalaku agar melihat pada objek yang ingin dia tunjukkan yang sedang duduk di sebuah restoran.
Mataku membulat saat aku melihat sosok Ichigo dengan seseorang. “I-ichigo senpai dengan seorang perempuan, siapa gadis itu??” Kataku bingung dan sedikit cemburu mengkin.
“Wahhh.. gadis yang manis.” Seru Renji perkataannya berhasil membuat perasaanku semakin bimbang.
“Rukia, kau tidak apa?? Bukannya dia sedang dekat denganmu??” Tanya Hitsugaya.
“Entahlah Hitsu, aku ini bukan siapa-siapanya. Aku tidak punya hak melarangnya dekat dengan cewek lain kan.” Kataku dengan sura parau yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang kurasakan.
“Kau yakin Rukia??” Tanya Renji memastikan. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan kecil dan senyuman yang sangat kupaksakan.

Rukia POV
Kami-sama, mengapa aku harus melihatnya dengan perempuan lain. Kenapa?? Aku memang tak punya hak untuk melarangnya berhubungan dengan gadis lain. Tapi, apa kedekatanku denganya beberapa bulan ini tidak berarti apa-apa untuknya. Siapa gadis manis berambut ungu itu?? Merekan kelihatan dekat sekali. Melihat Ichigo tertawa bersamanya benar-benar membuat hatiku sakit. Aku benci perasaan ini.
Normal POV
“Rukia.. sudahlah, jangan bersikap sok tegar.” Seru Renji.
“A-aku.. hiks..hiks.” Tanpa melanjutkan perkataanku air mataku sudah mengalir membasahi pipiku.
“Rukia..” Renji menarikku dalam dekapannya.
“Renji, mengapa begitu sakit... hiks..hiks.” Ucapku. Renji dan Hitsugaya mencoba menenangkanku, kami memutuskan untuk menenangkanku dan duduk disebuah cafe dengan keadaanku yang masih terisak.
“Rukia,, sudahlah berhenti menengis, lihat semua orang memperhatikan kita.” Bujuk Hitsugaya.
Ya, sekarang aku dan kedua sahabatku memang menjadi perhatian semua orang seisi cafe karena aku menangis dan mereka melihat kedua sahabatku degan tatapan curiga. “Su..lit...” seruku lirih.
“Aku tahu, tapi apa kata orang yang melihat kita.” Ucap Renji. “Mereka pasti berpikiran yang aneh-aneh pada kami.” Lanjutnya.
“Iya, Rukia tenanglah.” Sambung Hitsugaya. Aku pun berusaha menenangkan diri.
“Rukia itu gadis yang tegar dan kuat lho.”
“Yup, benar Rukia itu pantang menangis apalagi cuma gara-gara cowok.”
Seru kedua sahabatku yang mencoba menghiburku. Aku pun tersenyum kecil mendengar ucapan mereka dan melihat diriku yang sudah tenang mereka menghela nafas lega.
“Lebih baik kau tanyakan baik-baik, siapa cewek itu pada Kurosaki senpai.” Ucap Renji.
“Benar, mungkin saja cewek itu hanya teman atau sahabatnya,” Lanjut Hitsugaya.
“Tapi, apa aku tidak apa menenyakannya??” Tanyaku. “Itukan privasinya.
“Hn, gak apa kok kau kan sedang dekat dengannya, lagian dari pada kau mengis tidak jelas karena salah paham iya kan??” Kata Renji dan aku mengangguk.
“Masa seorang yang ceria, bersemangat  dan penuh ide bersedih seperti ini.” Ucap Hitsugaya, aku tersenyum lega serta bahagia mempunyai sahabat seperti mereka.
“Hahaha,, iya, penuh ide.. seperti idemu pada tiga hari yang lalu Rukia.” Renji tertawa sambil menatapku dan Hitsugaya hanya membung muka dan melipat kedua tangannya didada serta mendengus sebal. “Baboon sialan.”

Flashback
Tiga hari yang lalu, Aku, Renji dan Ishida membuntuti Hitsugaya yang pulang terburu-buru. Saat Hitsu berhenti di taman dekat sekolah kami bertiga mengumpat di belakang pohon yang cukup besar.
“Woi, kalian berdua aneh kenapa kita membuntuti Hitsu seperti ini.” Ucapa Ishida yang kesal karena aku dan Renji memaksanya ikut dalam penguntitan yang konyol ini.
“Sudahlah lihat saja bawel.” Sahut Renji.
“Ssstt.. kalian berisik sekali nanti ketahuan bodoh.” Seruku.
Hitsugaya yang sedari tadi duduk lalu berdiri dan sedikit mondar mandir tidak jelas mulai tenang saat seseorang yang sepertinya ditunggu tiba.
“Maaf membuatmu menunggu.” Ucap gadis itu, yang kami dengar dari tempat bersembunyi.
“Tidak apa kok, aku juga baru tiba.” Ucap Hitsugaya smbil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Apa yang kamu ingin bicarakan Toushiro.” Tanya gadis itu.
“Hmm.. begini momo,, sebenarnya... a-ak-ku su-dah lama ssssuuu-ka sama kamu.” Ucap Hitsugaya, terlihat sekarang mukanya memerah.
Momo pun ikutan blushy dan sedikit mengangguk dan berkata “sama.”
“Hah?? Kau serius Momo?? Berarti aku diterima ya ?? Tanya Hitsugaya dan Momo hanya tersenyum malu. “Yeahhh,, aku di terima....” Ucap Hitsu sambil loncat-locat gaje. *author dpt deathglare.
“Yeeeeyyyyyy.. hahaha..” Teriakan senang kami dari balik pohon.
“Hei, siapa itu?? Tunjukkan diri kalian!!” Teriak Hitsugaya.
“Rukia, kita ketahuan.” Ucap Renji. Kami bertiga pun menunjukkan diri kami, aku dan yang lainnya hanya tersenyum tanpa dosa sambil melambaikan tangan kepasangan baru tersebut.
“Dasarrr... penguntittt,........” Teriak Hitsugaya.
“Kyaaaaaaa.....” Kami bertiga pun lari.
End Flasback.
“Huh,, kalian memang menyebalkan.” Ucap Hitsuagaya ketus.
“Hahah,, iya itu memang ide gila, membuntuti orang yamg ingin menyatakan cinta.” Tawa Renji.
“Maafkan aku Hitsugaya....” Ucapku lirih.
“Sudah lupakan saja, aku gak marah kok.” Kata Hitsugaya.
“Tapi kenapa kau sewot gitu??” Tanya Renji.
“Hmm.. hanya sedikit malu.” Seru Hitsugaya.
“Hahahah,, dasr anak kecil.” Ledek Renji.
“Baboon sialannn...” Teriak Hitsu kesal.
“Hihihi... dasar kalian ini.” Senyumku. Aku yang terbisa melihat tingkah mereka hanya terkekeh dan tanpa disadari aku sudah tertawa lagi jika bersama mereka. Entahlah jika tidak ada mereka bagaimana nasibku ini.
“Nahhhh.. begitu dong ketawa, kan lebih kelihatan Rukia yang biasanya.” Ucap Renji.
TO-BE-CONTINUE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar