Kamis, 29 Mei 2014

KARIN'S LIFE Chapter I


Angin malam perlahan berhembus membelai wajahku, suara pohon-pohon yang bergesekkan di malam ini menemaniku yang terduduk di luar balkon kamarku sambil membaca komik dengan secangkir moka hangat dan alunan lagu-lagu malam dari laptopku, dengan mengenakan kaos oblong abu-abu dan celana pendek, aku Karina Cristal Dace atau biasa dipanggil Karin, seorang mahasiswi Psikologi semester 7 yang gemar sekali menyendiri dan bercengkrama dengan komik, laptop, music dan kegiatan lainnya yang bisa kulakukan sendiri disaat tak ada lagi kegitan yang mengasikkan.

Aku terus melihat kearah seberang balkon kamarku ‘Hmm.. Kemana tuh si kampret tumben banget belum berisik jam segini.’ Gumamku dengan mata yang meneliti penjuru rumah seberang.
“Uhukkk..” Suara batuk yang sepertinya disegaja memecah lamunan keciku. “Cieee.. Nyariin gw yah mbem..” Suara yang kucari sedari tadi pun membuatku mencari darimana asalnya.
Tak lama aku memutar tubuhku, sumber suara itu aku temukan tepat dari bawah balkon kamarku. “Eh, halilintar, iya nih dari tadi gw nyariin lo.. Dari mana aja lo baru pulang jam segini?” Tanyaku.
“Baru balik nemenin cewek gw nih mbem, beli buku.” Jawabnya seraya mengunci gerbang rumahnya.
“Ohh gitu toh, udah buruan nangkring ke kamar lo biar ngobrolnya lebih asik.” Suruhku dengan nada pelan.
“Sebentar, gw mau terbang dulu nih.. Hahha..” Guntur pun masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke kamarnya yang berada tepat disebrang kamarku. “Jengjeng… Aku datangggg…” Ia berlagak seperti superman.
“Hahaha..” Aku tertawa kecil melihat tingkah konyol sahabatku ini. “Gak ada pantes-pantesnya tur, sumpah..” Ucapku dengan kikihan kecil.
Guntur menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil ikut tertawa. “Yaelah, sebelas, duabelas kali gw sama superman mbem.” Belanya.
Aku menengguk moka hangatku untuk memberhentikan tawaku “Iya sudah apa kata lo aja.”
“Hahaha.. oh iya ngomong-ngomong tumben lo belom tidur, bukannya besok lo masuk pagi terus sorenya kan kita mau pergi ke festival lo gak capek apa?” Ujarnya penuh perhatian seperti biasanya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku. “Tidur jam segini? Di malam yang keren ini, tuh liat deh..” Aku menunjuk ke arah cahanya malam yang indah.
Guntur menengok ke atas dan bergumam.. “Waaahh.. Indahnya…” kangummnya melihat bintang-bintang yang benar-benar jadi perhisan malam.
“Hn, maka dari itu gw mau nikamatin suasana kayak gini udah jarang soalnya.” Ucapku dengan menghadap ke arah bintang-bintang itu.
“Iya, mbem tapi jangan jadi night owl juga, bonyok lo sama Karen sudah tidur?” Tanya Guntur.
Aku menjawab santai, “belum bonyok gw lagi nonton tv sedangkan Karen dia lagi belajar.”
Guntung memicingkan matanya. “Nah, kenapa lo malah megang komik bukannya belajar juga?” ia pun sudah mulai berisik.
Aku menyeruput moka hangatku sekali lagi. “Hmm.. Gini lo tur, lo tau kan gw memang kembar sama Karen tapi satu-satunya kesamaan kita cumin difisik sedangkan lainnya bumi sama langit.”
“Ahahaha..” Tawanya renyah. “Pede banget lo, fisik juga beda kalau Karen itu cantik, nah lo.. Jenis kelamin aja dipertanyakan.” Ejeknya sambil melemparkan bantal dari kamarnya ke arahku.
Aku segera menghindar dan menangkap bantal itu. “Eh, berisik kampret lo dasar biarin yang penting gw keren, dari pada elo gondes, gondrong deso.” Belaku dan balik mengejekknya dengan nada bercanda kami.
“Ahahaha.. Monster pipi marah-marah aja, lagian kan yang gondes bukan gw doing si Kevin juga.” Ucap Guntur mulai mencari-cari teman.
“Yeee yg penting yang ada  di sini elu.. Lagian gw heran sama lo bedua kenapa pinter-pinter rambut lo gondrong yeh kagak botak gitu atau jabrik kayak si Candra.”
Guntur sedikit memajukan badannya, “mau tau gak kenapa?”
Aku menengok dan mengangguka kepala. “Apa? Kenapa?” Sedikit serius dan penasaran.
“Karena.. Gw dan Kevin manusia pilihan.. Selain kita pintar kita juga diberi anugrah lain yaitu wajah yang tampan.” Jelasnya dengan sangat teramat yakin dan percaya diri.
“Sialan gw kira mah kenapa..” Langsung ku lempar bantal yang tadi Guntur lempar ke arahku dan dia menampisnya dan melemparnya kembali dan mengenai kepalaku. “Dasar bodoh, begitu saja kau anggap serius, tapi memang kenyataan kan..” Lanjutnya. “Huh pede lo gondes.” Balasku.
“Yaudah lo tidur besok kita senang-senang di festival mbem, sini dong lemparin bantal gw.”
Aku mulai merapihkan laptop komik serta gelas mokaku. “Okay, good night..” Balasku singkat sambil membawa pelataranku itu serta bantal ke kamarku.
“Woiiiii.. Itu bantal gw…” Pintanya.
“Ini?” Aku menunjukkan bantalnya dari balik jendela kamar Guntur mengangguk. “Ambil sendiri..” kataku sambil menjulurkan lidah dan ia hanya mengancam dan menggelengkan kepalanya.
Aku menutup semua pintu dan jendela lalu membaringkan tubuhku dikasurku yang nyaman kemudia aku terlelap.

-

Keesokkan paginya aku terlambat bangun dan aku sangat tergesa-tega dari aku bangun, mandi sampai-sampai aku sarapan terburu-buru.
“Karin, makannya jangan buru-buru gitu dong..” Kata mama dengan lembut.
Papa dan Karen hanya melihatku sambil menggelengkan kepala. “Memang kamu masuk jam berapa si sayang?” Tanya papa.
“Jam sepuluh pap.” Jawabku dengan mulut penuh makanan.
“Rin pelan-pelan makannya sekarang masih jam Sembilan lewat kok, ke kampus lo juga 30 menit paling.” Timpal saudara kembarku.
“Iya Karin, makannya yang benar ah.” Mama manimpali.
“Bukan begitu ma, aku hari ini bareng sama Candra dia nunggu di depan komplek dia masuk jam setengah Sembilan bisa ngamuk dia kalau aku telat, oh iya nanti aku pulang malam mau ada acara.” Ucapku panjang lebar seraya menyudahkan makanku dan minum dengan cepat.
Akku bersalaman dengan mama dan papa dan mengucapkan selamat tinggal kepada kembaranku kemudian aku berlaari.
“Aduh anak itu pa, bener-bener deh udah dewasa tapi tetap brgitu aja.” Kata mama.
Papa hanya menggelengkan kepalanya “Yah, mau gimana lagi ma..”

-

Aku berlari ke depan komplek di sana tampak seorang cowok dengan motornya yang mengklakson-klakson ke arahku. “Sorry banget telat Can..”
“Yaudah buruan deh naik .” Ucapnya yang terburu-buru bahkan tak sempat mengomeliku seperti biasanyanya. Kami pun berangkat ke kampus bersama, yah aku dan Candra memang sekampus namun berbeda jurusan begitupula Guntur dan Kevin namun mereka berdua berada di universitas negri tidak seperti kami. Tuhan memang adil empat sahabat seperti kami sekalinya dipisahkan namun berdua-dua.

Terik matahari siang menyambutku dengan silauanya, setelah mata kuliah terakhir aku ke arah parkiran yang berada di lantai 3 dengan berlari kecil . “Woiii, Rinkaaa.. Cepetan dong si Guntur sama Kevin udah on the way, lo lama banget si.” Tegur si bawel Candra yang sudah tak semalaikat tadi pagi.
Aku berjalan kearahnya sambil memberikan senyum manis sedikit menggoda, “sabar sedikit kaka ganteng, aku kan baru selesai kelas.” Ujarku dengan nada meledek.
Candra memberikan helm kepadaku sambil tersenyum. “Haha.. Dasar kau saja yang lelet, lambat.. jalan ke parkiran saja lama gak pagi gak siang tetep.”
Aku memakai helm yang diberikan Candra. “Yeeee, enak saja.. Lo gak tau gimana dosen gw ngomongnya…”
“Emang gimana si kaka Rinka tembem, kasih tau dong..” Katanya sambil meledek dan mengembungkan pipinya.
“Gak usah pake temben berapa si, yaudahlah ceritanya nanti kalau kita terlambat gimana bisa ngoceh si Guntur sama Kevin.” Candra menepuk jidatnya dan bergegas menyakan mesin motornya. Tak lama kemudian kami berangkat ke tempat festival itu diadakan.

-

  “Candra sama karin lama sekali..” Guntur yang sudah menunggu sejam mulai mengeluh.
“Yasudahlah sabar saja, mungkin salah satu dari mereka ada kelas tambahan, tenanglah, lagian acaranya belum dimulai sob.” Seru Kevin bijak seperti biasanya sambil menenangkan Guntur yang mulai resah akan keterlambatan kami.
Guntur hanya menganggukkan kepala dan mereka saling menyunggingkan senyum. “Vin, itu mereka bukan si..” Guntur menunjuk kearah motor yang baru saja parkir. “Iya, lo benar itu mereka..” Sahut Kevin.
Aku memberikan helm yang kupakai kepada Candra kemudian berlari kecil kearah Kevin dan Guntur. “Lama sekali si mbem..” Celoteh dari Guntur yang terlihat agak bĂȘte. “Hehe.. Sorry, dosen gw tadi ribet banget.. Sorry banget yah..” Ucapan maafku kepada mereka, Guntur hanya menjawab “Ohhh..” dan Kevin memukul kepalaku ringan “Sudah kuduga mbem.” Serunya..
“Sorry bro gw telat, gara-gara nungguin si cewek tembem satu ini nih.” Ucap Candra dan mereka hanya tersenyum lalu kami berjalan ke pintu masuk.
“Wahhh, kereeennn.. ramai sekali…” Kagum Candra.
Aku mengeplak kepalanya “Dasar norak namanya juga festival.”
“Iya tapi kan biasanya gak kayak gini mbem, gak usah ngeplak-ngeplak mbem tangan lo gede sakit nih kepala gw.” Sahutnya dan kami mulai perang mulut seperti biasa.
“Jabrik, kerempeng bawel banget si lo mau gw tabok sekalian gak?” Kataku. Guntur hanya tertawa melihat kami berdua ribut seperti biasanya dan Kevin yang bijak mencoba melerai pertengkaran kecil kami di keramaian.
Percekcokkan kami akhirnya berhenti Kevin dan Guntur berdiri diantara kami berdua dan Guntur menasehati sambil mengandengku. “Sudah Karin lo bedua kapan akurnya si.” Sambil menjitakku. Aku hanya cemberut dan menjulurkan lidahku pada Candra.
“Rin, dra, sudahlah acara mau dimulai baikanlah..” Ucap Kevin.
Candra memberikan kelingkingnya tanda perdamaian. “Mbemm.. Baikan yuk..”
Aku pun menyambut kelingkingnya “Iya jabrik maaf yah..”

Kami pun berbaikan Guntur dan Candra mencubit pipiku dan Kevin menepuk kepalaku. Aku sangat bahagia mempunyai mereka sungguh walau kadang mengesalkan tapi mereka selalu kurindu. Yah walupun sekarang mereka sudah punya pacar dan kami jarang berkumpul di malam minggu tak apalah, mereka kan hidup bukan hanya untukku.

Alunan nada-nada indah terdengar jelas di telinga kami beberapa band menyanyikan lagu-lagu favorit kami dengan gaya yang berbeda dari band aslinya kami sungguh menikmatinya ini keren malam kesekian kalinya yang tak akan terlupakan bersama mereka yang kusayangi..


By : Cikadev ( Citra Kartika Devi )
TBC~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar