BLEACH - TITE KUBO
Chapter II
Keesokan
hari pun tiba aku berangkat ke sekolah, tapi hari ini aku berangkat sendiri
karena kakak sakit dan memutuskan beristirahat di rumah.
Di
sekolah.
Aku
berjalan menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku. “Pagi
Rukia.” Katanya.
“Pa..gii..
Kurosaki senpai..” Jawabku sedikit gugup.
“Hari
ini kau sendiri saja?? Mana Byakuya??” Tanyanya padaku.
“Oohh,,
itu yup.. aku sendiri, dia hari ini tidak enak badan makanya tidak masuk.”
Jawabku. “Hhmm.. Oohh,, ya, senpai kan sekelas dengan kakakku, aku titip surat
ini padamu ya.” sambungku, sambil memberikan surat izin kakak padanya.
“Baiklah,
kemarikan surat itu.” Katanya.
Tanpa
disadari tangan kami bersentuhan, dan kami langsung melepaskannya, akupun
berusaha menyembunyikan rona dipipiku.
“Mmm...
oh.. iya Rukia nanti kita pulang bareng ya. Aku ingin memberikan cacatan
pelajaran pada kakakmu sambil menjengukknya.” Serunya sambil tersenyum dengan
senyum yang belum pernah aku lihat sebelumya, dan akupun meng’iya’kan
ajakannya.
Sepanjang
pelajaran berlangsung yang ada diotakku hanyalah pulang sekolah. Aku tidak tahu
mengapa aku tidak dapat mengendalikan perasaan senangku ini.
*---*
Pulang
sekolah.
“Rukia,
mari kita pulang.”Ajaknya yang telah menungguku di gerbang sekolah.
Kamipun
mengobrol di sepanjang perjalanan pulang menuju rumahku.. ‘Kami-sam jika ini
adalah kenyataan jangan biarkan waktu bergulir dengan cepat, karena aku tidak
ingin melihat senyumannya hilang dari wajahnya, andai saja waktu dapat ku
hentikan.....’ Harapku dari dalam hati sambil menatap wajahnya.
“Hoi,
Rukia.. apa ada?? Mengapa kau memendangku seperti itu?? Ada yang salah dengan
wajahku??” Ucapnya sambil memegang wajahnya dan seketika memecah lamunanku.
“Eeehh..
itu,, tidak apa-apa kok.. hehhe....” Kataku sambil kaget.
“Akhirnya
kita sampai di rumahmu.” Ucapnya.
“Hn,
tadaima....” Kataku.
“Okaeri,
Rukia...” Sambut ibu.
“Ohh.. iya, bu ada teman kakak ingin
menjenguknya.” Sambungku bicara pada ibu.
“Siapa??
Ajaklah dia masuk Rukia.” Perintah ibu yang tersenyum melihat Kurosaki senpai.
“Terima
kasih bi.” Ucap Kurosaki senpai.
Di
kamar kakak.
“Hoi,
Byakuya sakit apa kau?? Bukanya yang kemarin tenggelam Rukia kok jadi kau yang
sakit??” Tanyanya.
“Yo,
aku kan kemarin begadang jadi aku rada masuk angin.” Jawab kakak.
“Hahha,,
dasar kau manja.” Kata Ichigo.
“Hei,
jangan meledekku.” Eluh kakak.
“Halo,
semuanya.. sepertinya kalian sedang asik mengobrol, maaf aku menggangngu
sebentar, aku membawakan obat untuk kakak dan sedikit cemilan untuk Kurosaki
senpai.” Ucapku yang datang membawa makanan serta minuman dari dapur.
“Terima
kasih Rukia.chan dan bisakah kau memanggilku dengan Ichigo saja??” Ucapnya.
“Mana
obatku Rukia.” Pinta kakak.
“Baiklah,
I..Ichigo..” Jawbku sambil memberi kakak obat.
“Aku
kembali ke kamarku dulu ya....” Seruku. “Kalian lanjutkan saja ngobrolnya.”
Kataku keluar dari kamar kakak.
“Hus..hus..
ya sudah pergi sana...” Usir kakak, sambil meledek seperti biasanya, dan Ichigo
hanya tersenyum.
Aku
hanya mendengus kesal dan kemudian keluar “Dasar kakak rese.” Gumamku.
Sore
pun tiba, dan Ichigo memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Entah mengapa aku
rada canggung memenggilnya dengan nama Ichigo “heheh” tawaku sendiri.
“Hei
apa yang kau tertawakan?” tanya Ichigo tiba-ba memecah lamunanku.
“Eeh,
tidak ada apa-apa kok.” Jawabku singkat dan aku mengantar Ichigo sampai ke
depan rumah.
“Terimakasih mau mengantarku.” katanya.
“Ya,
sama-sama, jamata.” Kataku.
“Yo,
Ruki.chan.” sahutnya dengan menyunggingkan sebuah senyuman kepadaku.
Aku
kembali ke kamarku, ‘kami-sama perasaan apa ini? Apa aku benar-benar
menyukainya?’ Ucap hati kecilku.
*---*
Beberapa
bulan berlalu kini aku dan Ichigo sudah mulai dekat apa perasaanku ini akan
terbalas. Entah mengapa sosok Ichigo yang dingin dan pendiam itu sekarang, sangat
begitu dekat denganku kami juga akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu
bersama, kurasa dia juga mempunya perasaan yang sama denhganku. Ya semoga saja
dan aku juga suka dengan sikapnya yang sekang begitu hangat klain dengan sikap
dinginya yang dulu dia juga terlihat lebih ceria.
Semakin
hari aku semakin yakin dengan perasaanku ini bukan kekaguman saja tapi, ya,
inilah perasaan yang di sebut dengan cinta. Aku memang baru pertama kali
mengalami perasaan seperti ini, memang cukup aneh karena pada usiaku ini aku
baru merasakannya padahal banyak teman-temanku merasakan hal ini sejak aku
duduk di bangku SMP. Seorang Rukia yang sangat cuek dengan penambilan dan
sikapnya pun akan berubah karena perasaan ini. Ya, memang seperti itulah, aku
berusaha menjadi seperti wanita lainnya dan sedikit merubah sikapku yang kadang
seperti ‘laki-laki’.
Hari
minggu ini Aku, Renji, dan Hitsugaya berjalan menuju toko buku. Untuk mencari
buku pelajaran tapi kali ini kami pergi bersama tanpa Ishida, dia tidak bisa
ikut karena harus pergi dengan orangtiuanya.
“Hei,
Rukia sepertinya semakin hari kau semakin berbeda saja.” Ucap Hitsugaya.
“Aku
setuju padamu Hitsu, dia sekmakin... girly.” Gumam Renji dan saat Renji
mengatakannya ia berhasil membuat wajahku memerah.
“Hahahah..
iya kau benar baboon, dia sudah menjadi cewek beneran.” Tawa Hitsugaya diiringi
seringai jahilnya.
“Heh,,
apa maksudmu?? Aku memang cewek dari dulu tahu.” Ucapku.
“Iya
Rukia kan memang cewek dari dulu.” Ucap Renji membelaku. “Tapi dia cewek
jadi-jadian.” Lanjutnya dan aku meralat pembelaannya itu, karena kata-katanya
itu adalah sebuah ejekan yang berhasil membuat kepalanya benjol menerima
pukulan dariku.
“Sakiittttttt..”
Erangnya dan aku tertawa atas kemenganku.
“Eehh,,
Rukia lihat itu.” Kata Hitsugaya yang menunjuk pada seseorang yang dia lihat.
“Apa.....”
Jawabku malas.
“Lihat
dulu.” Paksa Hitsugaya sambil menutar kepalaku agar melihat pada objek yang
ingin dia tunjukkan yang sedang duduk di sebuah restoran.
Mataku
membulat saat aku melihat sosok Ichigo dengan seseorang. “I-ichigo senpai
dengan seorang perempuan, siapa gadis itu??” Kataku bingung dan sedikit cemburu
mengkin.
“Wahhh..
gadis yang manis.” Seru Renji perkataannya berhasil membuat perasaanku semakin
bimbang.
“Rukia,
kau tidak apa?? Bukannya dia sedang dekat denganmu??” Tanya Hitsugaya.
“Entahlah
Hitsu, aku ini bukan siapa-siapanya. Aku tidak punya hak melarangnya dekat
dengan cewek lain kan.” Kataku dengan sura parau yang sebenarnya bertolak
belakang dengan apa yang kurasakan.
“Kau
yakin Rukia??” Tanya Renji memastikan. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan
kecil dan senyuman yang sangat kupaksakan.
Rukia
POV
Kami-sama,
mengapa aku harus melihatnya dengan perempuan lain. Kenapa?? Aku memang tak
punya hak untuk melarangnya berhubungan dengan gadis lain. Tapi, apa kedekatanku
denganya beberapa bulan ini tidak berarti apa-apa untuknya. Siapa gadis manis
berambut ungu itu?? Merekan kelihatan dekat sekali. Melihat Ichigo tertawa
bersamanya benar-benar membuat hatiku sakit. Aku benci perasaan ini.
Normal
POV
“Rukia..
sudahlah, jangan bersikap sok tegar.” Seru Renji.
“A-aku..
hiks..hiks.” Tanpa melanjutkan perkataanku air mataku sudah mengalir membasahi
pipiku.
“Rukia..”
Renji menarikku dalam dekapannya.
“Renji,
mengapa begitu sakit... hiks..hiks.” Ucapku. Renji dan Hitsugaya mencoba
menenangkanku, kami memutuskan untuk menenangkanku dan duduk disebuah cafe
dengan keadaanku yang masih terisak.
“Rukia,,
sudahlah berhenti menengis, lihat semua orang memperhatikan kita.” Bujuk
Hitsugaya.
Ya,
sekarang aku dan kedua sahabatku memang menjadi perhatian semua orang seisi
cafe karena aku menangis dan mereka melihat kedua sahabatku degan tatapan
curiga. “Su..lit...” seruku lirih.
“Aku
tahu, tapi apa kata orang yang melihat kita.” Ucap Renji. “Mereka pasti berpikiran
yang aneh-aneh pada kami.” Lanjutnya.
“Iya,
Rukia tenanglah.” Sambung Hitsugaya. Aku pun berusaha menenangkan diri.
“Rukia
itu gadis yang tegar dan kuat lho.”
“Yup,
benar Rukia itu pantang menangis apalagi cuma gara-gara cowok.”
Seru
kedua sahabatku yang mencoba menghiburku. Aku pun tersenyum kecil mendengar
ucapan mereka dan melihat diriku yang sudah tenang mereka menghela nafas lega.
“Lebih
baik kau tanyakan baik-baik, siapa cewek itu pada Kurosaki senpai.” Ucap Renji.
“Benar,
mungkin saja cewek itu hanya teman atau sahabatnya,” Lanjut Hitsugaya.
“Tapi,
apa aku tidak apa menenyakannya??” Tanyaku. “Itukan privasinya.
“Hn,
gak apa kok kau kan sedang dekat dengannya, lagian dari pada kau mengis tidak
jelas karena salah paham iya kan??” Kata Renji dan aku mengangguk.
“Masa
seorang yang ceria, bersemangat dan
penuh ide bersedih seperti ini.” Ucap Hitsugaya, aku tersenyum lega serta
bahagia mempunyai sahabat seperti mereka.
“Hahaha,,
iya, penuh ide.. seperti idemu pada tiga hari yang lalu Rukia.” Renji tertawa
sambil menatapku dan Hitsugaya hanya membung muka dan melipat kedua tangannya
didada serta mendengus sebal. “Baboon sialan.”
Flashback
Tiga
hari yang lalu, Aku, Renji dan Ishida membuntuti Hitsugaya yang pulang
terburu-buru. Saat Hitsu berhenti di taman dekat sekolah kami bertiga mengumpat
di belakang pohon yang cukup besar.
“Woi,
kalian berdua aneh kenapa kita membuntuti Hitsu seperti ini.” Ucapa Ishida yang
kesal karena aku dan Renji memaksanya ikut dalam penguntitan yang konyol ini.
“Sudahlah
lihat saja bawel.” Sahut Renji.
“Ssstt..
kalian berisik sekali nanti ketahuan bodoh.” Seruku.
Hitsugaya
yang sedari tadi duduk lalu berdiri dan sedikit mondar mandir tidak jelas mulai
tenang saat seseorang yang sepertinya ditunggu tiba.
“Maaf
membuatmu menunggu.” Ucap gadis itu, yang kami dengar dari tempat bersembunyi.
“Tidak
apa kok, aku juga baru tiba.” Ucap Hitsugaya smbil menggaruk kepalanya yang
tidak gatal.
“Apa
yang kamu ingin bicarakan Toushiro.” Tanya gadis itu.
“Hmm..
begini momo,, sebenarnya... a-ak-ku su-dah lama ssssuuu-ka sama kamu.” Ucap
Hitsugaya, terlihat sekarang mukanya memerah.
Momo
pun ikutan blushy dan sedikit mengangguk dan berkata “sama.”
“Hah??
Kau serius Momo?? Berarti aku diterima ya ?? Tanya Hitsugaya dan Momo hanya
tersenyum malu. “Yeahhh,, aku di terima....” Ucap Hitsu sambil loncat-locat
gaje. *author dpt deathglare.
“Yeeeeyyyyyy..
hahaha..” Teriakan senang kami dari balik pohon.
“Hei,
siapa itu?? Tunjukkan diri kalian!!” Teriak Hitsugaya.
“Rukia,
kita ketahuan.” Ucap Renji. Kami bertiga pun menunjukkan diri kami, aku dan
yang lainnya hanya tersenyum tanpa dosa sambil melambaikan tangan kepasangan
baru tersebut.
“Dasarrr...
penguntittt,........” Teriak Hitsugaya.
“Kyaaaaaaa.....”
Kami bertiga pun lari.
End
Flasback.
“Huh,,
kalian memang menyebalkan.” Ucap Hitsuagaya ketus.
“Hahah,, iya itu memang ide gila, membuntuti orang yamg ingin menyatakan cinta.” Tawa Renji.
“Hahah,, iya itu memang ide gila, membuntuti orang yamg ingin menyatakan cinta.” Tawa Renji.
“Maafkan
aku Hitsugaya....” Ucapku lirih.
“Sudah
lupakan saja, aku gak marah kok.” Kata Hitsugaya.
“Tapi
kenapa kau sewot gitu??” Tanya Renji.
“Hmm..
hanya sedikit malu.” Seru Hitsugaya.
“Hahahah,,
dasr anak kecil.” Ledek Renji.
“Baboon
sialannn...” Teriak Hitsu kesal.
“Hihihi...
dasar kalian ini.” Senyumku. Aku yang terbisa melihat tingkah mereka hanya terkekeh
dan tanpa disadari aku sudah tertawa lagi jika bersama mereka. Entahlah jika
tidak ada mereka bagaimana nasibku ini.
“Nahhhh..
begitu dong ketawa, kan lebih kelihatan Rukia yang biasanya.” Ucap Renji.
TO-BE-CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar