MAKALAH ILMU
SOSIAL DASAR
“Pengendalian Emosi”
Dosen
: Agus Nugroho
Universitas Gunadarma
Fakultas : Sastra
Jurusan : Sastra Inggris
Citra
Kartika Devi
11611673
2SA02
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sudah
lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek berpengaruh besar
terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya
pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering disebut aspek
afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku manusia.
Namun tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi hingga muncul Daniel
Goleman (1997) yang mengangkatnya menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan
emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman
(1997) di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence,
yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita.
Thorndike percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi
keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
-
Apa
pengertian emosi?
-
Mengapa
ada emosi?
-
Bagaimana
cara mengendalikan emosi?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui bagaimana caranya kita sebagai mahluk sosial dalam mengendalikan
emosi dan pentingnya pengendalian emosi saat kita berada di tengah masyarakat
terutama dalam menghadapi masalah yang kita hadapi dikehidupan sehari-hari
serta cara kita untuk mengontrol emosi.
BAB II
EMOSI
Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin,
yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak. Emosi adalah suatu perasaan (afek)
yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus,
baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Setiap manusia mempunyai perbedaan emosionalitas, perbedaan emosionalitas juga dikaitkan dengan perbedaan warna rambut. Misalnya, dinyatakan bahwa orang-orang yang berwarna rambut merah mempunyai tempramen yang secara alamiah “bergairah” sedangkan orang-orang yang berambut pirang dinyatakan sebagai orang yang berpembawaan emosionalitas lemah dan orang-orang yang berambut hitam dianggap sebagai orang yang secara “alamiah” hangat dan penuh cinta kasih.
Setiap manusia mempunyai perbedaan emosionalitas, perbedaan emosionalitas juga dikaitkan dengan perbedaan warna rambut. Misalnya, dinyatakan bahwa orang-orang yang berwarna rambut merah mempunyai tempramen yang secara alamiah “bergairah” sedangkan orang-orang yang berambut pirang dinyatakan sebagai orang yang berpembawaan emosionalitas lemah dan orang-orang yang berambut hitam dianggap sebagai orang yang secara “alamiah” hangat dan penuh cinta kasih.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) ada beberapa emosi pada manusia:
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua
emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai
macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
terhadap stimulus yang ada.
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan
Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar,
tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan.
Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu
membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat
dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut
Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai
keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang
cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Mengapa emosi itu ada?
Beberapa aspek-aspek fundamental yang
menyebabkan emosi ada :
-
Biologi emosi : Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah
kacang walnut dan terletak di batang otak. Orang-orang
cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak
aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih
aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka
memperoleh informasi negatif.
-
Intensitas : Setiap orang memberikan respon yang
berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadianmenjadi
penyebab perbedaan tersebut.<emosi> Pada saat lain, perbedaan tersebut
timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
-
Frekuesi dan durasi : Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada
emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa
sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.
-
Rasionalitas dan emosi : Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional
karena emosi memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia
sekitar.Dalam suatu organisasi,
kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.
Fungsi Emosi :
Emosi
memiliki fungsi-fungsi vital bagi manusia. Emosi yang dialami manusia
menjadikan manusia mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi yang
diterimanya. Misalnya ada yang mengganggu maka muncullah marah. Lalu karena
marah, seseorang mungkin akan bertindak mengusir si pengganggu.
Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan.
1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.
Bayangkan tiba-tiba Anda bertemu dengan ular. Anda mungkin merasa terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka Anda selamat dari gigitan ular. Tiba-tiba saja Anda melompat. Bayangkan juga saat Anda bertemu harimau di hutan, karena Anda takut maka Anda melarikan diri. Tanpa berpikir apapun Anda lari begitu saja. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena Anda memiliki respon otomatis. Anda otomatis merespon ular dengan melompat, dan merespon harimau dengan berlari. Bayangkan juga Anda dimarahi oleh atasan Anda karena kerja Anda tidak beres. Anda merasa takut. Jika tidak selesai maka Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu, maka Anda berusaha menyelesaikan pekerjaan.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda akan bersedih hati. Nah, adanya sedih membuat Anda menyesuaikan diri dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan. Lalu misalnya Anda sedang berlayar di lautan dengan kapal laut. Saat itu ada badai besar menerjang. Kapal Anda digoncang kesana kemari. Boleh jadi karena emosi cemas, Anda jadi lebih waspada. Anda lalu memakai pelampung, berpegangan erat, atau melakukan tindakan keamanan lainnya.
3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu.
Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan tertentu. Misalnya pada saat mengalami emosi cinta. Karena emosi itu, Anda berbuat macam-macam hal untuk menarik perhatian yang Anda cintai. Anda rela menembus hujan lebat karena ingin menunjukkan bahwa Anda selalu menepati janji. Mungkin Anda juga rela menemaninya mendaki gunung, padahal Anda takut ketinggian.
4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain
Anda marah. Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda tidak ingin disepelekan. Mungkin Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul orang yang membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan akan membalas dendam padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda.
5.Meningkatkan
ikatan sosial
Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu.
Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu.
6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
Dono bertemu dengan seorang dara bernama Evi. Wajahnya cantik. Mereka berkenalan. Setelah berkenalan, emosi yang dialami Dono maupun Evi pada saat kencan akan menjadi tolak ukur apakah kencan itu akan diingat kuat, atau dilupakan. Jika Dono maupun Evi merasakan emosi suka yang kuat, boleh jadi mereka akan beranjak ke kencan berikutnya. Jika mereka tidak merasakan apa-apa, maka boleh jadi akan saling melupakan.
7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi yang kuat. Misalnya pertama kali dicium pacar karena saat itu Anda seperti melayang-layang di awan rasanya. Lalu misalnya saat Anda ditinggal mati orangtua Anda. Anda mengingatnya kuat karena saat itu Anda merasakan kesedihan yang sangat. Begitu juga saat Anda mengingat saat-saat dimana Anda merasa sangat ketakutan. Misalnya diancam preman, diserang anjing, atau yang lain.
BAB
III
PENGENDALIAN
EMOSI
Pada
dasarnya setiap manusia memiliki emosi yang beraneka ragam seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, namun dalam pembahasan ini akan lebih
ditenkankan pada emosi ( rasa marah )
yang kadang membuat orang seketika berubah drastis emosinya, banyak hal yang
bisa menyebabkan seseorang marah, seperti mereka merasa terganggu, merasa
haknya dirampas dan lain sebagainya dan kita sebagai manusia yang bersosisasi
harus bisa menempatkan diri dan harus menguasai serta dapat mengendalikan emosi
pada diri kita.
Salah
satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam
mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau
besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini.
Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis,
tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir
bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus
dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami
perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain agar tidak menggunakan
emosi. Salah satu definisi akurat tentang pengertian emosi diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational
consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan,
secara tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi
tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas
kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi
adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.
Emosilah yang seringkali menghambat orang
tidak melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada
rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal
tersebut itulah yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah
polanya untuk berani mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini
sekaligus pula menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya
terlalu puas dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi
orang yang gagal.
Orang-orang yang terlatih mengendalikan emosi
umumnya tidak pernah panik dalam menghadapi situasi apapun. Hal ini tentu cukup
mempengaruhi kualitas kerja kita. Orang-orang yang mampu mengendalikan emosi,
umumnya bisa menjaga kualitas kerjanya dengan baik pula. Sebaliknya, jika kita
bekerja dalam keadaan emosi yang tidak stabil, membuka peluang besar untuk
melakukan kesalahan fatal. Emosi yang terkendali dengan baik, dapat
meningkatkan rasa percaya diri. Dengan emosi yang terjaga, kita lebih mudah
melakukan tugas apapun dengan lebih baik. Dengan demikian kita yakin apapun
yang akan kita hadapi dapat diselesaikan semaksimal mungkin. Hal ini secara
otomatis akan menambah rasa percaya diri. Dan tentu saja hal ini sangat diperlukan
dalam dunia kerja atau bersosialisasi Perlu diketahui, emosi yang berlebihan
akan menguras seluruh energi lebih dari kegitan fisik yang kita lakukan
sehari-hari.
Karena
emosi umumnya membuat pikiran kita meledak-ledak dan tanpa disadari membuat
gerakan sulit terkendali, dan emosi yang terkendali lebih menghemat energi.
Sehingga kita tidak mudah lelah dan selalu siap dengan aktivitas sehari-hari.
Hal yang sangat menguntungkan, jika kita pandai mengelola dan mengendalikan
emosi, kita akan lebih sehat baik fisik maupun mental. Coba aja lihat,
orang-orang yang sering dilanda emosi banyak dihinggapi penyakit.
Selain
penyakit mental seperti stres dan depresi, mereka juga dijangkiti penyakit
fisik yang cukup berat seperti hipertensi, alergi, maag, migrain, dll. Maka
dari itu jika kita terlatih
mengendalikan emosi, stres dan segala macam penyakit ini akan menjauh dari
kehidupan kita. Pikiran dan fisik pun lebih sehat. Lagipula kesehatan sangat
penting untuk membangun karir serta kehidupan sehari-hari kita. Dengan segala
keuntungan mengendalikan emosi, otomatis akan melancarkan segala aktivitas.
Baik aktivitas pribadi maupun kehidupan sosial kita, maka mulai dari sekarang
kita belajar mengendalikan emosi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pengendalian emosi adalah
kemampuan seseorang dalam menghadapi dan menyikapi apa yang terjadi dalam
dirinya sendiri maupun yang ada di sekitarnya dengan baik, tidak berlebihan
dalam menyikapinya dan dapat membedakan perasaan emosi dirinya dengan emosi
orang lain. Mampu mengendalikan emosi bukanlah hal yang mudah namun orang yang
dapat mengendalikan emosinya adalah orang yang dewasa karena tau menempatkan
diri serta mengontrol emosinya.
Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu
mengendalikan emosi dan menempatkan diri. Kita harus bisa menyelaraskan dan
mengimbangi diri kita dan orang lain ketika emosi sedang meluap. Di samping itu
jika kita dapat mengendalikan emosi dalam diri kita, cukup mudah untuk kita
dalam menenangkan orang lain ketika sedang emosi.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson,
R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Goleman,
Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Martin,
Anthony Dio, 2003. Emotional Quality Manajement Refleksi, Revisi Dan
Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Arga.
Hurlock, Elizabeth B.
1978. Perkembangan Anak ( Children Development ) 6. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar